Sunday, December 26, 2004

Between 2 choices

Di setiap masa kehidupan manusia, pasti pernah dihadapkan dengan dua pilihan.

Putih atau Hitam ?

Masuk IPA atau IPS? (eh sistem penjurusan SMA kayak gimana ya skrg, they change so often)

Si dia atau dirinya?

Coffee or tea?

Teruskan atau berhenti?

Terima atau tolak?

Kiri atau kanan?

Clear atau Head & Shoulders? *oopss.. hehehe*

Dan berpuluh-puluh pertanyaan lainnya pernah mampir di benak kita. Salah satunya sedang mengacaukan pikiran gue. Gue sedang berada di persimpangan yang mengharuskan gue mengambil keputusan secepatnya. It could change my life forever.. atau ini cuman segelintir tes kecil untuk jadi Lydia yang lebih baik di ujian yang lebih besar.

Gue harus memilih di agency mana gue mau berlabuh..
SATU adalah agency dimana gue sudah bercokol selama 4 bulan, namun tanpa status yang jelas. DUA adalah agency yang baru saja (sepertinya) menerima gue..

Lho? Simple aja tokh? Tinggal pilih yang ke dua, tokh di satu statusnya tak jelas.

Well, not so fast my dear friend (or whoever you are)..

Semesta nampaknya tidak menjadikan satu fase kehidupan kita mudah dilewati begitu saja. Harus ada intriknya, semriwingnya, gundah gulananya, keruwetannya, dilemanya atau apanya yang membuat kita belajar lagi, menjadikan kita lebih pintar lagi dalam menghadapi hidup serta pilihan-pilihan lainnya.

Dan kali ini masalahnya adalah.. Sang SATU ternyata telah memiliki rencana untuk memperjelas status gue. Walaupun belum sampai ke pihak lainnya yang juga berwenang (baca:kepala pengurus sumber daya manusia :P), tapi sang boss memastikan bahwa dia akan memberikan posisi yang selama ini gue inginkan. Bayangkan.. kenapa pintu yang selama ini gue coba buka baru terbuka ketika gue sudah di ambang pintu lain?

Tadinya gue pikir perpindahan ke DUA akan mulus-mulus saja, paling disertai perasaan berat meninggalkan lingkungan SATU yang selama ini gue diami. Ehh.. berubah menjadi kebingungan.

Sekarang gue menarik langkah mundur dari pintu yang ke dua. Dan berdiri di tengah-tengah, memandang kedua pintu yang terbuka (walau satu masih setengah terbuka), sambil celingak celinguk mengamatinya secara bergantian.

Kemudian muncullah segala perdebatan pro dan kontra itu. Sebuah list sudah tersusun di komputer gue, mengenai positif dan negatifnya masing-masing pilihan.

Setiap orang yang gue temui, gue interogasi.. gue cekokin mereka dengan sederet pertanyaan..
Minta saran, petuah, sudut pandang lain, petunjuk, nasehat, atau apa pun yang bisa mempermudah pengambilan keputusan ini.
*please.. help me.. * mungkin tergambar jelas di muka gue saat ini..

Sebelum keputusan itu muncul

Selama masih bingung

Yang ada hanya pertanyaan bodoh itu lagi:
WHY? KENAPA? Kenapa harus ada 2 pilihan sulit?

0 Comments:

Post a Comment

<< Home