My Bahasa
Beberapa orang yang saya kenal sering langsung ilfil kalo membaca tulisan dengan menggunakan bahasa Indonesia. Yang saya maksud di sini tentunya bukan tulisan berita tetapi seperti puisi atau bacaan yang sarat dengan kata-kata puitis. Pernah saya menawari seorang teman saya untuk membaca salah satu karya dari penulis Indonesia ternama. Secara spesifik langsung saya sodorkan sepenggal paragraf yang telah bikin saya termenung menelaah maknanya.
Reaksi yang saya harapkan adalah
“ih gilak… dalem abis nih!!”
Sementara yang saya dapatkan adalah
“duh kenapa ya… gw ga pernah suka kalo ginian tuh dlm bahasa Indonesia”
WAKWAAWWWWWWW
Kalo dalam komik jepang…. Pasti muka saya sudah seperti ini
Saya sendiri jadi rajin mengeksplorasi khasanah perpuitisan bahasa Indonesia saya ketika mulai menyandang predikat profesi copywriter. Dalam kerjaan pun, dalam menuangkan ide-ide seringkali saya sulit menemukan padanan bahasa Indonesia yang pas untuk pemikiran saya. Sementara di coretan-coretan saya, berbaris-baris preposisi ide dituliskan dalam bahasa Inggris. Seorang teman saya yang lain mengakui bahwa bahasa Indonesia bisa memproduksi kata-kata yang 3 kali bisa lebih menohok artinya dibandingkan bahasa Inggris.
Yang disamarkan, yang diumpamakan, yang diandai-andaikan, ketika dipikirkan lebih lanjut… DAMN! Maknanya bisa bikin kita nelongso berjam-jam.
Memang bahasa Inggris bisa dengan mudah mempraktiskan pemikiran yang ingin dituangkan. Satu konsep yang panjang mungkin bisa dijelaskan dalam satu kalimat saja.. Sementara kalau menggunakan bahasa Indonesia, kok rasanya gak dapet ya?
Kakak saya ketika melancong ke Eropa, bercerita suatu waktu mereka bertemu dengan orang Indonesia, yang sedang asyik bercakap-cakap dalam bahasa Indonesia. Kemudian mereka mendengar kakak saya juga menggunakan bahasa Indonesia dengan suaminya. Lalu mereka tiba-tiba berubah, ngobrol pake bahasa Inggris seakan tidak ingin kakak saya tahu bahwa mereka juga orang Indonesia. Heh? Malu identitas?
Pada saat zaman sudah semakin kebarat-baratan, dan globalisasi menjadikan fenomena seorang ibu berwajah Melayu berkata:”No, put it back Darling…” kepada anak balitanya ketika sedang berada di malI… yang menjadi pertanyaan adalah Kita apakan bahasa Indonesia?
Emang sih idealnya ngikutin pakem Internasional, namun ketika suatu identitas bangsa mulai terkikis… bukankah berarti kita sudah menolak mengenal diri kita sendiri?
Boleh ya boleh, tapi jangan berlebihan donk….
Cintailah bahasa Indonesia men… :P
L y d i a
Yang masih sok bilingual dalam menulis blog nya :P
…namun at least gw nulis topik ginian.. hahahahahaa
…dan juga mengidam-idamkan kamus Thesaurus bahasa Indonesia.
Reaksi yang saya harapkan adalah
“ih gilak… dalem abis nih!!”
Sementara yang saya dapatkan adalah
“duh kenapa ya… gw ga pernah suka kalo ginian tuh dlm bahasa Indonesia”
WAKWAAWWWWWWW
Kalo dalam komik jepang…. Pasti muka saya sudah seperti ini
Saya sendiri jadi rajin mengeksplorasi khasanah perpuitisan bahasa Indonesia saya ketika mulai menyandang predikat profesi copywriter. Dalam kerjaan pun, dalam menuangkan ide-ide seringkali saya sulit menemukan padanan bahasa Indonesia yang pas untuk pemikiran saya. Sementara di coretan-coretan saya, berbaris-baris preposisi ide dituliskan dalam bahasa Inggris. Seorang teman saya yang lain mengakui bahwa bahasa Indonesia bisa memproduksi kata-kata yang 3 kali bisa lebih menohok artinya dibandingkan bahasa Inggris.
Yang disamarkan, yang diumpamakan, yang diandai-andaikan, ketika dipikirkan lebih lanjut… DAMN! Maknanya bisa bikin kita nelongso berjam-jam.
Memang bahasa Inggris bisa dengan mudah mempraktiskan pemikiran yang ingin dituangkan. Satu konsep yang panjang mungkin bisa dijelaskan dalam satu kalimat saja.. Sementara kalau menggunakan bahasa Indonesia, kok rasanya gak dapet ya?
Kakak saya ketika melancong ke Eropa, bercerita suatu waktu mereka bertemu dengan orang Indonesia, yang sedang asyik bercakap-cakap dalam bahasa Indonesia. Kemudian mereka mendengar kakak saya juga menggunakan bahasa Indonesia dengan suaminya. Lalu mereka tiba-tiba berubah, ngobrol pake bahasa Inggris seakan tidak ingin kakak saya tahu bahwa mereka juga orang Indonesia. Heh? Malu identitas?
Pada saat zaman sudah semakin kebarat-baratan, dan globalisasi menjadikan fenomena seorang ibu berwajah Melayu berkata:”No, put it back Darling…” kepada anak balitanya ketika sedang berada di malI… yang menjadi pertanyaan adalah Kita apakan bahasa Indonesia?
Emang sih idealnya ngikutin pakem Internasional, namun ketika suatu identitas bangsa mulai terkikis… bukankah berarti kita sudah menolak mengenal diri kita sendiri?
Boleh ya boleh, tapi jangan berlebihan donk….
Cintailah bahasa Indonesia men… :P
L y d i a
Yang masih sok bilingual dalam menulis blog nya :P
…namun at least gw nulis topik ginian.. hahahahahaa
…dan juga mengidam-idamkan kamus Thesaurus bahasa Indonesia.
7 Comments:
wahhh bahasa indonesia lu kerennn cing! :D
to fans
Thank you Thank you Mister Cing He..
:P
tapi gue lebih prefer bahasa tubuh...it seems lebih memberikan arti yang sesungguhnya... :P
hmm.. post ini agak menohok juga untuk gue.. gue emang ngga terlalu oke untuk menulis dalam bahasa indonesia.. tapi gue belajar loh! karena menurut gue menulis bahasa indonesia yang baik & benar itu cukup susah.. disuruh baca sastra indonesia malah lebih bingung lagi... tapi di ujung hari (at the end of the day.. hehe), gue pasti tetep ngajarin anak gue bahasa indonesia kok! :p
to f-word
Hehehe..
tapi untuk contoh teman pertama yang gue gunakan dalam tulisan, itu bukan elo lho fyi.. hehehe
justru elo kan yang bilang bahwa bahasa indonesia maknanya bisa lebih dalem n menohok lagi...
apapun bahasanya...yang penting pesannya tersampaikan...
apapun pesannya...yang penting penyampaiannya...
apapun itu...yang penting comment lah :)
to :)=
mm... no comment deh.
:D
*laughing at your name.
Post a Comment
<< Home