Wednesday, July 19, 2006

Semalam di Paris

Semalam, mana mungkin?

Mungkin.

Tadi, aku bertandang ke sebuah café kecil di selatan Jakarta. Memenuhi panggilan idealis seorang insan iklan yang ingin pesta pora dengan benak kreativitasnya, serta himbauan dari atasan, aku akhirnya sampai di Rosebud. Itu namanya. Di spanduk depan tertulis, ‘a café with french feeling’.

Seorang mas berparas malu-malu membukakan pintu kayu, mengantar aku ke sebuah dimensi lain. Aku langsung jatuh hati. Pada tatanan interiornya? Mungkin. Pada kehangatannya? Mungkin. Pada musik lembut yang mencengkerama keseluruhan atmosfer ruang mungil tersebut? Mungkin. Atau simply pada ke-Paris-annya? Mungkin saja.

Aku dan beberapa rekan (saah rekaaaan… :P) berkenalan dengan sang pemilik. Seorang wanita berusia 40an yang langsung menyambut ramah. Duduklah kita berempat di salah satu meja. Café itu cukup lucu, dalam artian ‘menarik’. Apa ya kata yang bisa mendeskripsikannya? Heterogen? Ya bisa. Ada keberagaman.. bukan keseragaman, yang biasa kita temui di café-café zaman sekarang. Sebetulnya, tidak ada representasi menara eiffel, atau taplak meja kotak-kotak atau apa lah identitas kota Paris yang sudah ‘pabrikan’.. yet, I just got the feeling. The French Feeling.

Niat semula yang ingin hanya menyicip makanan a la Paris dan sekedar tanya ini dan itu, berubah menjadi satu pembelajaran kilat tentang kota Paris itu sendiri. Sang pemilik pernah tinggal selama 6 tahun di kota (yang konon) romantis itu. Sejam, 2 jam kami pun larut dalam pembicaraan mengenai Paris, Indonesia dan fenomena di antaranya.

Uraiannya tentang perbedaan café, bistro dan restaurant. Tuturnya tentang keteraturan negara Perancis. Ulasannya mengenai makna sebuah privacy, di Paris dan di Indonesia. Pengalamannya selama hidup di sana.

Mata ku berbinar-binar.

Telingaku terpasang sigap.

Exciting! Malam ini.. aku menari di antara alunan irama imajiner Paris.

Sungguh, satu pengalaman berharga datang ke tempat itu.

Pertama, memanjakan lidah dan perut dengan masakan yang yummy

Crepes yang teksturnya berbeda dibandingkan dengan sebangsanya yang dijual di mall-mall, diisi dengan jamur dan cream saucenya yang… mmm…… enak.

Spaghetti cream sauce dipadukan dengan udang berbalut mozzarella cheese.

Salad dengan keju panggang.

Minum yoghurt.

Ditutup dengan dessert kue coklatnya yang sedap tapi tidak bikin eneg, disiram oleh fla khusus hangat.

Plus compliment berupa crepes lemon yang asamnya bikin segar..



Ke dua, mendengarkan sang pemilik bercerita… seakan menjadi jembatan antara kami dengan… kota Paris.

Café itu sering dijadikan tempat pemutaran film dan berkumpul sebuah reading club. Langsung aku menyesal kenapa tidak dari dulu menanggapi cerita salah satu atasan mengenai tempat ini.

Semoga aku dan rekanku bisa menciptakan karya menarik dan komprehensif mengenai café unik ini.

Hoaaahmm…. kok ngantuk ya cing?

Oh ya…
mungkin karena efek mereguk segelas white wine bercampur blackcurrant syrup ;)
Lagi-lagi compliment dari sang pemilik.



Malam ini, biar aku mimpi tentang Paris
Dan semoga kamu ada di dalamnya…



Zzzzzzzzzzzzzzz……..


(ditulis tadi malam dan melepas identitas 'gue' untuk sejenak.)

*Terima kasih banyak Mbak Risa Permanadeli.




6 Comments:

Anonymous Anonymous said...

...meme si on se voix pas, je tes voir toujours... :)

10:57 AM  
Blogger lydiette said...

to :)=

...meme si on se voix pas, pourquoi tu me fais toujours rougir?

:)

11:26 AM  
Anonymous Anonymous said...

...ton sourire me tiens en vie... :)

12:19 PM  
Blogger lydiette said...

to :)=

Alors c'est a toi si tu veux...

2:26 PM  
Anonymous Anonymous said...

...et ton sourrir est tres mignone..... :)

11:41 AM  
Blogger lydiette said...

to :)=

..tu es plus beau que je me rappelle...

:)

6:38 PM  

Post a Comment

<< Home