"Wuiiiiiihhhh...."

Motor.

Saya senang naik motor.

Apanya?

Angin-anginannya terutama.

Ketika saya dibonceng, saya pasti selalu tertawa lepas (kecuali oleh tukang ojek tentunya, karena kita ga deket-deket amat gitu lhoOooO.. :P)

Iya… tertawa lepas

Dan berteriak “Wuiiiiiihhhhhh..”

Gigi pun kering… tapi serasa giting. *sadissh*

Ketika kelas 5 SD, saya pernah dibonceng oleh seorang mahasiswa yang lumayan ganteng dari kota Jogja sampai pantai Parangtritis.. malam-malam pula!

Tunggu.. jangan berpikiran macam-macam dulu.. waktu itu saya berlibur dengan kakak-kakak saya di sebuah rumah kerabat yang juga adalah kos-kosan mahasiswa. Nampaknya naek motor ke Parangtritis malam-malam ketika bulan purnama jadi salah satu agenda pergaulan kawula muda Jogja saat itu. Hehehe…

Angin-anginan… dingin. Dingin banget.

Kisah kasih saya dan motor di waktu malam memasuki episode selanjutnya di pelosok lain Jawa Tengah. Saya dan sekolah (SMA) sedang mengikuti program LIVE IN WONOGIRI. Kita tinggal di rumah-rumah penduduk selama 4 hari. Salah satu keluarga yang ditinggali teman saya meminjamkan motor mereka. Jadi lah malam-malam kita naek motor keliling-keliling di desa sepi itu. Tetap menyenangkan. Tetap Dingin. Tetap angin-anginan. Dan tetap “Wuiiiiiiihhhhh…”

Nah, bagaimana kalau dibonceng sama Yayang (mantan yayang berarti ya.. hehe :P) ?

Dulu, saya dan si doi rumahnya berdekatan alias masih satu komplek. Kalau selesai bermain di rumahnya, kadang saya sering diantar naik motor oomnya. Wuiiihhh… angin-anginan dan tertawa lepas lagi… walau si doi agak-agak kerepotan menjaga keseimbangan karena saya sering mengangkat tinggi-tinggi kedua kaki saya ke udara. Hahahahaha… dan itu pengalaman pertama saya bersama motor matic.

Tetap angin-anginan.

Dan tetap “Wuiiiiihhhhhhhh…”

Ada lagi kenangan manis di motor matic lainnya..

Waktu itu saya diantar ke rumah teman untuk berikutnya nebeng dia menghadiri pesta pernikahan di Bandung. Berhubung sang pengantar naik motor, tidak mungkin donk saya sudah tampil cantik mode ON lengkap dengan gaun manis dan riasan a la salon? Yang ada saya muncul dengan penampilan anak motor sok asik, tshirt dan celana pendek serta helm hitam pinjaman dari si pengendara motor nan baik. ;) Sementara gaun berwarna krem saya, terpaksa harus dilipat dan dimasukkan ke dalam tas gembolan.. hahaha.. yang penting NIAT!

Dan minggu pagi itu pun..

Saya angin-anginan lagi..

Tertawa lepas lagi...

Serta “Wuiiiiiiiiiiiiiiiiiiihhhh..” lagi.

Motor bisa jadi santapan sehari-hari.. karena saya harus naek ojek untuk menuju jalan raya, atau menuju tempat janjian bertemu tebengan dari domisili saya di PonPin. Kali ini... tetap angin-anginan, tapi tidak “wuiiiihhhhh” karena saya harus memendam kesenangan saya dalam rangka jaim. Atau terpaksa dipendam sebab macet dan takut sang tebengan kelamaan menunggu.

Tapi ya tapi…

Jika saya sedang dalam posisi naik mobil , saya suka sebal sama motor-motor yang suka sok imut. Suka sembarangan mengambil jalan orang, dan merasa mobil-mobil cuma kayak pagar slalom test... huhuhuhu

Saya suka keki kalo dalam aksi nya berimut-imut ria, mereka suka menyerempet kaca spion mobil. Sudah begitu, sepertinya mereka tidak merasa bersalah atau bahkan bersikap bahwa kita yang salah.. halah halah halah....

Kalau bermacet-macetan di jalan raya pagi hari, tanggapan saya terhadap motor bukan wuihh lagi... tapi "idiiihh... " banyak amaat siiiiih motooooorr??? Memang kerasnya kota Jakarta (taelah) bikin motor jadi pilihan tepat untuk bertransportasi secara efektif dan hemat!

Ah sudahlah...

Gak usah pikirin para pengendara motor yang ulahnya kadang bikin keluar kata-kata kotor.

Pikirkan saja..

kenangan manis bersama si motor.

Angin-anginan..

Tertawa lepas

Dan “Wuiiiiiiiiiiiiihhhhhhhhhhhh......” (fade out)

:P